Peran Humas dalam Manajemen Krisis dan Analisis Stakeholder
PERAN HUMAS DALAM MANAJEMEN KRISIS
Setiap perusahaan pasti ada kemungkinan krisis. Meski kebanyakan
krisis tersebut akan menghancurkan, namun ada juga perusahaan yang mampu
menjadikan krisis menjandi peluang. Krisis memang berpeluang menjadi batu
loncatan, namun resiko yang ditanggung terlalu besar. Oleh karena itu mencegah
krisis adalah cara terbaik untuk mempertahankan perusahaan. Meski demikian, perusahaan
atau lebih khususnya humas harus mampu menganalisis krisis yang muncul sejak
awal agar dapat segera ditangani.
Berkaitan dengan krisis, peran humas menurut Cutlip, Center and
Broom dalam buku Effective Public Relations ada empat, yakni:
1.
Expert
Prescider
Seorang public relations atau humas yang memiliki kemampuan
tinggi dan berpengalaman dapat membantu mencarikan solusi mengenai masalah
hubungan dengan publiknya. Pelaksanaan program kerja humas akan menuntun humas
untuk memiliki pengetahuan dan pengalaman terkait dengan bagaimana cara
menjalin hubungan baik dengan stakeholder atau publiknya.
2.
Communication
Facilitator
Humas berperan sebagai fasilitataor untuk mendengar apa yang
diinginkan oleh publik perusahaan.
3.
Problem
Solving Facilitator
Humas ikut andil dalam memecahkan masalah yang dipecahakan oleh tim
manajemen. Maksudnya adalah humas berperan sebagai pembantu pimpinan baik
sebagai penasehat hingga mengambil keputusan pada saat mengatasi persoalan atau
krisis. Hal ini dihadapi dengan rasional dan profesional.
4.
Technical
Communication
Peran humas dalam hal ini sebagai pelaksana teknis komunikasi. Humas
hanya bertugas menyedikana layanan teknis komunikasi, sementara kebijakan dan keputusannya
diserahkan kepada manajemen. Selebihnya hasil pemilihan teknis komunikasi
tersebut dilaksanakan oleh humas.
Sebelum memberikan saran untuk mengatasi masalah atau krisis yang
dialami peusahaan, humas harus mengetahui atau menganalisis apa yang diinginkan
oleh stakeholder. Berikut contoh analisis stakeholer Bank Republik
Indonesia:
Analisis Stakeholder Bank Republik
Indonesia
Beberapa kali terjadi pengambilan uang melalui ATM tanpa sepengetahuan
si pemilik kartu ATM Bank Republik Indonesia. Si pemilik tidak merasa
mengambil, namun uang dalam ATM berkurang. Setelah diselidiki, ternyata ada
oknum yang melakukan skimming PIN dan menggandakan kartu ATM. Hal ini cukup
meresahkan nasabah. Selain itu, hal ini juga menyebabkan nasabah merasa tidak
aman menyimpan uangnya di Bank BRI.
Sebagai stakeholder atau nasabah tentu berharap adanya perbaikan
kemanan dari pihak Bank BRI. Oleh karena itu, Bank BRI, dalam ini studi kasus
di daerah Yogyakarta, pihak bank memblokir seluruh ATM yang terindikasi skimming.
Nasabah harus menunjukkan identitas sebenarnya kepada pihak bank untuk membuka
blokirannya dan mengganti dengan PIN yang baru. Dengan kebijakan baru ini, stakeholder
merasa keamanannya lebih terjaga dan citra negatif yang sempat bertengger
bisa lepas.
No.
|
Nama
perusahaan
|
Stakeholder
|
Jenis
stakeholder
|
Efek
|
||
Sangat
penting
|
Penting
|
Tidak
penting
|
||||
1
|
Bank BRI
|
Karyawan
|
v
|
Karyawan dibutuhkan untuk menjalankan roda perusahaan sehingga
harus dijaga iklim perusahaan agar tidak terjadi krisis
|
||
2
|
Nasabah
|
v
|
Nasabah merupakan pasar bagi bank, bank mendapat keuntungan dari
nasabah.
|
|||
3
|
Dewan komisariat
|
v
|
Bertugas mengawasi kerja direksi. Hal ini bisa digantikan humas atau tim lain yang dibentuk oleh bank
|
|||
4
|
pemerintah
|
v
|
Segala sesuatu diatur oleh pemerintah melalui undang-undang,
sehingga perusahaan tidak boleh melanggar undang-undang pemerintah
|
|||
5
|
Komisaris independen
|
v
|
Menentukan kebijakan semata-mata untuk perusahaan sehingga tidak
mengabaikan pemegang saham
|
|||
6
|
Bank Indonesia
|
v
|
Untuk mengatur perputaran uang di Indonesia, Bank BRI perlu
bekerjasama dengan bank induk negara, yakni Bank Indonesia. Menjadi sangat penting
untuk menjalin hubungan dengan baik
|
Komentar
Posting Komentar